Smart Campus bukan merupakan sebuah tujuan akhir
Pandemi mendukung akselerasi digitalisasi di semua lini. Tidak luput dengan perguruan tinggi. Menjadi bagian dalam tim membangun smart city di sebuah kabupaten cukup memberikan pemahaman bagaimana penyusunan blue print sebuah Smart Campus.
Penggunaan kata “Smart” di setiap pengembangan teknologi informasi tentu menjadi sebuah daya tarik sendiri. Misalnya penggunaan “Smart Things” ditangkap sebagai semua sistem yg serba ter automatisasi. Namun ketika kata “Smart” tersebut disematkan pada perguruan tinggi, apakah semua Semua yg ada di perguruan tinggi tersebut harus serba ter automatisasi? Bagi sy tentu saja tidak. Penggunaan kata “Smart” pada kota atau pun perguruan tinggi lebih dimanifestasikan dalam bentuk peningkatan layanan menjadi lebih efektif dan efisien dalam menuju apa yang menjadi visi dan misi sebuah kota atau perguruan tinggi.
So, it’s not all about the Robots or Artificial Intelligence.
Lalu bagaimana mengimplementasikan kata smart tersebut pada kampus? Hal yg pertama tentunya kita harus membreak down apa yang menjadi kebutuhan. Membangun master plan infrastruktur fisik teknologi informasi Menjadi PR pertama. Mengapa infrastruktur duluan? Apa jadinya Sistem Informasi yang canggih tanpa ketersediaan listrik dan internet. Sebagai contoh, apa yg sudah kami bangun antara lain pengembangan area WiFi, peningkatan bandwith, peningkatan fasilitas streaming/broadcasting, penggunaan teknologi cloud dan serverless application baik dengan Docker ataupun Container. Lisensi premium utk beberapa layanan hingga account utk publikasi di App Store dan Play Store dan tentunya masih banyak lagi.
Next, infrastruktur perangkat lunak. Yg menjadi prioritas tentunya apa yg menjadi tugas utama perguruan tinggi, yaitu tri dharma perguruan tinggi. Tidak mudah utk memuaskan semua pihak dalam melakukan pengembangan aplikasi. Beberapa layanan kami masih menggunakan aplikasi open source, leaseing app, dan PR paling banyak ada di Custom Development. Membangun infrastruktur yg bagus idealnya akan mengkunsumsi waktu, tenaga, pikiran serta dana. Jika ada salah satu elemen yg tidak terpenuhi tentunya akan berdampak pada output yg di hasilkan.
PR selanjutnya bagaimana mendigitalisasi layanan pendukung utk manajemen perguruan tinggi. Dan tahap akhir adalah masuk ke dalam digital life. Digital life memiliki cakupan yg sangat luas, sehingga pintu kolaborasi sangat terbuka lebar. Kami sangat welcome dengan tawaran2 kolaborasi, salah satu yg telah kami lakukan adalah kolaborasi dengan BNI dalam mewujudkan Cashless Society di lingkungan kampus.
So, do u know what i mean? Smart Campus is not our goal. But it’s our process to be a great campus. Berguna Bagi Semesta Alam.
I Made Widiarta, M.M.Inov
Director of ICT UTS